Apa Arti Hidup ?
Giman nihh kabarnya sobat ? semoga sehat wa’afiat yaa .. J
yukk kita baca yuk . hehe .
Pernahkah Anda bertanya kepada diri Anda sendiri; Apakah
arti hidup ini? Saya dengar, banyak orang yang memiliki pertanyaan serupa itu.
Namun, saya tidak begitu yakin jika setiap orang berhasil mendapatkan jawaban
yang sama atas pertanyaan itu. Jadi, bagi Anda sendiri; apakah arti hidup itu?
Bak air di kamar mandi saya yang terbuat dari semen dan
batu bata belakangan ini sering sekali mengalami kebocoran. Maka saya
menggantinya dengan bak baru yang berbahan dasar fiber. Proses pergantian itu
menghasilkan setumpuk puing yang teronggok disamping rumah kami. Sudah saya
niatkan meminta bantuan tukang sampah untuk menyingkirkan puing itu. Namun saya
belum bertemu dengannya dalam beberapa hari terakhir ini. Walhasil, puing-puing
itu tetap teronggok disitu. Membuat pemandangan menjadi terganggu.
Pagi-pagi sekali terdengar seseorang tengah berteriak; ”Maaf
Mas, puingnya masih akan digunakan oleh Bapak.” Perkiraan saya itu
adalah suara Mbak yang membantu pekerjaan rumah tangga kami. Secara spontan
saya menuju ke halaman depan. Beberapa orang dalam mobil bak terbuka telah
bersiap meninggalkan rumah kami. ”Mas, Anda membutuhkan puing-puing itu?” saya
bertanya. Saat mereka mengiyakan, saya mempersilakannya. Dan. Sejak saat itu,
saya tidak lagi melihat puing-puing itu.
Saya tercenung selama beberapa saat. Sesuatu yang saya
anggap tidak berguna, tanpa disangka dicari-cari oleh orang lain. Kalau
dihitung biaya bahan bakar mobil dan ongkos kerja mereka, maka tidaklah mungkin
mereka melakukannya jika tidak menemukan ’nilai ekonomi’ dari puing-puing itu.
Maka kesimpulan saya; sesuatu yang saya anggap sampah bisa jadi merupakan benda
berharga dimata orang lain.
Bukan sekali itu saya menganggap sesuatu tidak berharga.
Bahkan lebih parahnya lagi, tidak jarang yang saya anggap tidak berharga itu
adalah bagian dari diri saya sendiri. Misalnya, ketika saya merasa sebagai
seorang pecundang, maka saya telah merendahkan nilai diri saya. Betapa
seringnya juga saya merasa tidak berdaya untuk melakukan sesuatu. Seolah tangan
ini. Kaki ini. Kepala ini. Dada ini. Semuanya tidak cukup berguna untuk
menjadikan hidup saya bermakna. Padahal, seandainya saya mengumumkan di media
masa: ”barang siapa yang menginginkan mata saya, silakan diambil saja,”
maka saya yakin akan banyak sekali peminatnya. Tetapi, mengingat betapa saya
sering menyepelekan makna mata ini bagi kehidupan saya, nyata sekali bahwa;
saya tidak benar-benar menghargai anugerah yang telah Allah hadiahkan melalui
mata saya. Astaghfirullah.
Bukti lain jika saya sering menyia-nyiakan cinta Allah adalah ketika saya begitu seringnya
membiarkan kemampuan diri saya tersia-siakan. Mata saya tadi, lebih sering saya
gunakan untuk melihat hal yang mungkin Allah tidak sukai. Telinga saya. Lebih
sering saya gunakan untuk mendengarkan suara-suara yang negatif daripada yang
positif. Jari jemari saya lebih sering dipakai untuk menuliskan kalimat-kalimat
buruk daripada yang baik-baik. Sekujur tubuh saya juga begitu.
Saya sering sekali bertanya-tanya tentang ’apa arti
hidup ini’. Sekarang saya mengerti, mengapa saya tidak kunjung menemukan
jawabannya. Sebab seseorang hanya akan bisa menemukan apa arti hidupnya, jika
dan hanya jika dia bisa memberikan arti dari setiap organ tubuh melalui
kegunaannya. Dengan kata lain, ’arti hidup ini’ itu bukan untuk dicari
definisinya. Melainkan untuk diciptakan oleh diri kita sendiri melalui tindakan
yang kita lakukan dengan menggunakan sekujur tubuh kita. Baik tubuh kasar
ragawi, maupun tubuh halus ruhani. Jadi, agak aneh jika kita terus mencari arti hidup tetapi kita terus menerus
menyia-nyiakan hidup kita sendiri.
Jadi, sebenarnya apa sih arti hidup ini? Entahlah.
Tergantung bagaimana kita menggunakannya saja. Jika kita menggunakan hidup
untuk kebaikan, maka kita akan menemukan bahwa ’hidup ini memiliki arti
yang baik’. Namun, jika kita menggunakannya untuk keburukan maka kita
memberi arti sebaliknya. Maka pantaslah jika Allah memberi nilai yang
berbeda-beda atas hidup yang telah diberikannya kepada setiap insan. Dan karena
balasan Allah sangat ditentukan oleh bagaimana cara seseorang menggunakan
hidupnya, maka baik dan buruknya kita dimata Allah sangat ditentukan oleh
apakah kita menggunakan hidup kita untuk kebaikan atau keburukan, dan untuk saling mencintai.
Dengan demikian, tidak penting lagi untuk mencari apa itu
arti kehidupan. Karena ternyata, justru tugas kitalah untuk memberikan
arti kepada kehidupan yang telah dianugerahkan Allah dan terus memotivasi diri. Seperti kertas putih polos.
Terserah kita mau menggoreskan tulisan seperti apa didalamnya. Karena bersama
kehidupan, Allah memberi kita seperangkat kebebasan untuk memilih; apakah kita
ingin kembali kepada Allah dengan catatan hidup yang baik atau tidak.
Terima kasih sudah bergabung bersama
kami di outbound training di malang , semooga apa yang kami berikan bermanfaat
bagi kita semua